Kalian Wajib Tau Nih, Kalau Tidak Dicegah Perubahan Iklim Akan Semakin Mengancam Kesehatan Manusia


                                          Oleh : Rajasain Edralin




"Tidak ada orang di planet ini yang tidak tersentuh oleh dampak perubahan iklim," kata Rajendra K. Pachauri, Ketua Inter-governmental Panel on Climate Change(IPCC), karena berdasarkan laporan dari IPCC perubahan iklim sudah memiliki efek yang mempengaruhi seluruh benua dan samudera di dunia.

Perubahan iklim secara perlahan tetapi pasti akan mempengaruhi setiap mahkluk di muka bumi dan pengaruhnya akan lebih parah dari waktu sebelumnya. Satu hal yang sekarang menjadi fokus perhatian adalah perubahan iklim memiliki hubungan yang erat dengan kesehatan manusia. Perubahan iklim telah memperburuk kesehatan manusia dan membunuh manusia secara perlahan-lahan dan banyak dari kita yang bahkan tidak menyadari hal itu. Padahal kesehatan adalah hal terpenting karena untuk dapat melakukan kegiatan apapun, manusia harus sehat terlebih dahulu.

 Apa sih dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia?
Perubahan iklim telah berdampak secara langsung dan tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Berikut ini adalah penyakit-penyakit yang ditimbulkan oleh perubahan iklim.

1. Penyakit pernafasan


Musim kemarau panjang telah menyebabkan kekeringan di berbagai tempat dan berdampak pada peningkatan jumlah kebakaran hutan. Berdasarkan data dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional(LAPAN), sejak bulan Januari sampai pertegahan September tahun 2017 telah terdeteksi titik panas sebanyak 22.777 titik di seluruh Indonesia. Kebakaran hutan tersebut telah menghasilkan asap dan menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan(ISPA) yang jumlahnya berbeda di setiap tempat. Sebagai contoh, data terakhir Dinas Kesehatan Kota Bogor pada tahun 2017 menyebutkan jumlah pasien ISPA mencapai  154.347 orang.

2. Malaria


Penyebaran penyakit malaria menjadi semakin cepat karena kenaikan suhu yang bergantian dengan hujan deras dengan kelembapan udara yang tinggi sehingga membuat rata-rata kehidupan nyamuk menjadi lebih pendek, namun frekuensi makannya lebih sering. Kementrian Kesehatan menyebutkan bahwa di Indonesia terjadi sekitar 400.000 kasus positif malaria setiap tahunnya dan pada tahun 2015 terdapat 27 penderita Malaria setiap 100 orang penduduk. Selanjutnya, dari 293 kabupaten/kota di Indonesia, 167 diantaranya berada di wilayah rawan malaria.

3. Kesehatan Mental


Perubahan iklim menggangu kesehatan mental manusia karena tingkat trauma dan emosi bertambah yang disebabkan meningkatnya kejadian cuaca ekstrim seperti angin kencang, hujan sangat lebat, hujan es dan suhu udara yang sangat panas. Hal itu terutama terjadi bila seseorang mengalami kehilangan orang tercinta akibat kejadian cuaca ekstrim.
Kekeringan juga telah membuat petani memutar otak mereka untuk mendapatkan air yang dibutuhkan oleh tanaman. Sebab, bayang-bayang gagal panen menghantui mereka. Hal ini membawa para petani ke tingkat stres yang tinggi dan rasa cemas yang berlebihan. Kasus bunuh diri bahkan sempat terjadi karena putus asa dan bangkrut karena masalah keuangan yang membelit akibat gagal panen.
Para ahli mengatakan beberapa kelompok orang lebih rentan mengalami gangguan mental akibat perubahan iklim, di antaranya anak-anak, usia lanjut, wanita hamil dan pasca melahirkan, orang dengan riwayat gangguan mental, dan orang dengan penghasilan rendah.

4.  Masalah Kesehatan Akibat Gangguan Ketahanan Pangan Gizi Buruk

Pola musim yang berubah menimbulkan banyak petani yang mengalami gagal panen sehingga ketersediaan bahan makanan tidak mencukupi dan banyak manusia yang kekurangan makanan sehingga berpengaruh pada kesehatan mereka. Sebagai contoh, kegagalan panen akibat kemarau panjang di sejumlah daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur menyebabkan 1.918 anak mengalami gizi buruk selama lima bulan pertama tahun 2015, 11 di antaranya meninggal dunia, seperti terungkap dalam data Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Selanjutnya, World Health Organization (WHO) menyebut bahwa antara 2030 dan 2050 perubahan iklim akan menjadi penyebab kematian 250.000 orang per tahun akibat gizi buruk, malaria, diare dan udara panas. Para ilmuwan memperingatkan bahwa masalah kesehatan akibat perubahan iklim akan tumbuh jauh lebih buruk jika tidak diatasi dan jalan terbaik adalah dengan mengendalikan emisi gas rumah kaca.

Apa saja upaya-upaya pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut?
Seperti halnya aktifitas manusia adalah penyebab utama terjadinya perubahan iklim, manusia juga adalah pihak yang berperan besar untuk mencegahnya. Pemerintah Indonesia sendiri telah menerapkan kesepakatan Paris dengan penerbitan UU Nomor 16 Tahun 2016, yang bertujuan menurunkan pemanasan suhu bumi yang disebabkan emisi gas karbon. Beberapa hal yang telah dilakukan untuk menekan laju perubahan iklim adalah mempertahankan kawasan hutan, mengurangi penggunaan energi fosil, dan perbaikan transportasi umum menjadi lebih nyaman dan aman.

Dalam menangani penyakit malaria, Menteri kesehatan telah mengeluarkan peraturan nomor 293 tahun 2009 tentang Eliminasi Malaria di Indonesia. Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penyakit malaria setempat dalam satu wilayah tertentu. Upaya tersebut telah menurunkan jumlah pasien malaria dan mencegah penularannya secara nasional pada tahun 2011 hingga tahun 2015.

Dalam hal ketahanan pangan yang dipengaruhi oleh perubahan iklim di Indonesia, pemerintah telah berupaya menyelesaikan masalah tersebut dengan menyelenggarakan Sekolah Lapang Iklim yang diadakan oleh Badan Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika(BMKG). Saya pernah tiga kali menjadi pembicara dalam kegiatan tersebut dan mengajarkan ilmu-ilmu dasar tentang cuaca dan iklim dan membuka sesi tanya-jawab dengan para peserta. Peserta dalam sekolah tersebut, adalah Tentara anggota Bintara pembina Desa(BABINSA), penyuluh pertanian dan petani. Mereka diberikan materi tentang cuaca iklim untuk pertanian sehingga mereka bisa mengetahui perubahan pola musim yang terjadi dan menyesuaikannya dengan masa tanam sehingga tidak terjadi gagal panen dan persediaan bahan pangan tercukupi untuk semua masyarakat.


Setiap orang juga dapat melakukan hal sederhana untuk mencegah perubahan iklim yaitu dengan merubah jenis makanan. Berhenti memakan hewan dan menjadi vegetarian dengan hanya memakan sayuran adalah hal termudah dan terbaik yang dapat kita lakukan untuk mencegah perubahan iklim. Itu karena daging yang dimakan manusia biasanya berasal dari peternakan sedangkan 51% dari gas rumah kaca global disebabkan oleh aktivitas peternakan menurut laporan yang dipublikasikan oleh Worldwatch institute(sebuah organisasi yang meneliti tentang lingkungan di Amerika Serikat). Oleh karena itu jika kita menjadi vegetarian dan menghindari memakan daging, kita akan mengurangi jumlah gas rumah kaca di atmosfer, mencegah perubahan iklim dan mendapatkan tubuh yang lebih sehat.


Tantangan-tantangan yang harus dihadapi
Tantangan yang harus dihadapi adalah sulitnya melibatkan seluruh unsur masyarakat dalam pecegahan pemanasan global dan perubahan iklim karena banyak masyarakat yang tidak terlalu peduli dengan perubahan iklim dan bahkan ada yang menggangap bahwa itu hanyalah sebuah isu bohong belaka.

Namun hal itu dapat diatasi jika banyak pihak yang menyelenggarakan kampanye dan mengajak masyarakat untuk berpartisipasi. Sebagai contoh, Greenpeace Indonesia, sebuah organisasi yang berkampanye tentang permasalahan lingkungan, sering mengadakan kampanye tentang perubahan iklim dan telah banyak meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan dan perubahan iklim.

Lalu apa Kesimpulannya

Perubahan iklim telah nyata mempengaruhi kesehatan manusia di muka bumi mulai dari anak-anak sampai manusia lanjut usia. Untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan partisipasi dari semua masyarakat dan pemerintah. Pengurangan bahan bakar fosil, mengurangi penebangan hutan, mengurangi memakan daging dan menghemat energi, semua itu harus dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sehingga perubahan iklim dapat dicegah dan manusia terhindar dari penyakit-penyakit yang disebabkan olehnya.

Memanfaatkan Angin Untuk Mendapatkan Energi Bersih Dan Mengatasi Perubahan Iklim



                     Oleh : Rajasain Edralin


Peneliti di Laboratory of Electric Machinery, Kitami Institute of Technology, Jepang Marwan Rosyadi mengatakan bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam akan habis pada 2050 mendatang. Di lain sisi, ketergantungan Indonesia terhadap bahan bakar fosil semakin parah karena sebanyak 95 persen konsumsi energi nasional saat ini masih bertumpu pada minyak bumi dan batu bara yang sebagian besar digunakan pada sektor industri dan transportasi.

Melihat  prediksi dan fakta tersebut, Indonesia harus berusaha untuk melepaskan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil dan menyiapkan sumber energi alternatif yang terbarukan yang berpotensi untuk dikembangkan seperti energi angin. Selain itu, sumber energi bersih juga diperlukan karena bahan bakar fosil memiliki dampak yang sangat berbahaya bagi umat manusia.

Apa sih bahayanya bahan bakar fosil?
Penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan emisi karbon dioksida (CO2). Emisi CO2 adalah pelepasan gas CO2 ke udara. Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global karena CO2 tersebut menahan sinar matahari yang dipantulkan oleh bumi sehingga terjadi kenaikan suhu di bumi. Hal tersebut mengakibatkan perubahan iklim yang mendatangkan musibah bagi umat manusia karena berdampak pada ketersediaan pangan, perekonomian global dan meningkatkan kejadian cuaca ekstrim seperti hujan es, hujan sangat lebat, suhu udara yang sangat panas dan angin kencang.

Selain itu,  Penggunaan bahan bakar fosil juga menimbulkan pencemaran udara akibat polusi dari kendaraan, pembangkit listrik batubara, maupun asap-asap pabrik. Faktor yang memiliki pengaruh paling besar terjadi pada kesehatan kita karena kita menghirup secara terus-menerus udara kotor yang dihasilkan oleh industri berbahan bakar fosil.



Potensi energi angin di indonesia
Angin termasuk sumber daya alam yang terbarukan karena memiliki ketersediaan yang tak terbatas jumlahnya dan juga lebih bersih apabila dibandingkan dengan sumber energi yang lainnya.

Di Indonesia angin umumnya berkecepatan lebih dari 5 meter per detik(m/detik) berdasarkan hasil pemetaan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).  Adapun angin dengan kecepatan 4 m/detik hingga 5 m/detik memiliki potensi dengan kapasitas listrik sebesar 10.000-100.000 Watt. Berdasarkan data tersebut maka angin merupakan salah satu sumber energi bersih alternatif yang berpotensi dikembangkan di Indonesia.

Melihat hal tersebut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Igansius Jonan bersama Menteri Kerja Sama Pembangunan Denmark Ulla Tornaes telah meluncurkan buku Peta Potensi Energi Angin Indonesia.

Buku Peta Potensi Energi Angin Indonesia berisikan informasi mengenai potensi energi angin yang dimiliki Indonesia yang terbuka untuk publik dan diharapkan dapat membantu pemerintah dan pelaku usaha dalam menentukan wilayah yang memiliki potensi untuk dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin (PLTA).

Potensi energi angin di Indonesia telah teridentifikasi di beberapa lokasi terutama di wilayah Jawa, Sulawesi selatan, Nusa Tenggara dan Maluku. Pengembangan energi angin ini tentunya akan mendukung pencapaian target Indonesia untuk memiliki 23 persen energi yang berasal dari energi terbarukan pada tahun 2025 dan tentu saja akan mengurangi pemanasan global dan perubahan iklim.

Hambatan dalam mengembangkan energi angin
Dalam sisi pendanaan, pengembangan energi terbarukan seperti energi angin di Indonesia tidak mendapatkan pendanaan yang cukup. Permasalahan saat ini terjadi karena pemerintah harus membagi pendanaan antara energi migas dan energi terbarukan. Di satu sisi, pemerintah memikirkan bagaimana mengolah energi migas secara benar namun juga mengembangkan energi terbarukan.

Selanjutnya untuk memastikan ketersediaan energi bersih dari angin yang dapat menjangkau seluruh Indonesia bukanlah perkara mudah karena kondisi geografis dan infrastruktur yang belum memadai dalam menyediakan energi untuk sekitar 17 ribu pulau - pulau yang ada di Indonesia.

Lalu apa yang dapat pemerintah dan masyarakat lakukan?
Melihat dampak yang ditimbulkan oleh bahan bakar fosil sangat berbahaya, pemerintah seharusnya mulai serius melakukan pengembangan energi bersih seperti energi angin. Hal itu dapat dimulai dengan menyediakan anggaran yang cukup untuk proyek pengembangan energi angin dan pembangunan infrastruktur yang memadai di seluruh Indonesia.

Kita juga harus tetap melakukan penghematan energi seperti mematikan lampu jika tidak dipakai dan jika kondisi memungkinkan, kita juga dapat berpartisipasi untuk mengganti bahan bakar fosil dengan energi terbarukan dengan cara membuat kincir angin pembangkit listrik sederhana di rumah kita. Pembangkit listrik tenaga angin sederhana mampu menghasilkan daya sebesar 1000 watt dan cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga yang berkisar antara 450 watt sampai dengan 900 watt.

Sebagai contoh, sebuah desa terpencil di Tasikmalaya telah berhasil membuat pembangkit listrik tenaga angin sederhana dengan bantuan tim dosen sebuah universitas swasta. Kini rumah warga yang berada di lokasi terpencil sekali pun sudah teraliri listrik dengan sumber energi bersih.

Kita juga dapat perpartisipasi dengan ikut serta dalam kampanye-kampanye energi bersih dan terbarukan yang diselenggarakan oleh berbagai pihak seperti Greenpeace Indonesia, sebuah organisasi yang berkampanye tentang permasalahan lingkungan, sehingga akan mempengaruhi masyarakat lainnya untuk ikut serta dalam upaya meninggalkan bahan bakar fosil.

Dengan kemajuan sosial media, kita juga dapat bergabung dengan grup-grup tentang energi bersih dan perubahan iklim seperti Climate Tracker di Facebook dan climatereality di Instagram untuk mendapatkan pengetahuan serta informasi terbaru dan terpercaya. Selain itu, cara penyajian materinyapun sangat menarik karena banyak menggunakan gambar-gambar unik yang mengandung makna mendalam.

Saya banyak mendapatkan pegetahuan dari grup-grup seperti itu dan telah meningkatkan kepedulian saya terhadap energi bersih dan perubahan iklim. Setelah itu, saya biasanya meneruskan informasi tersebut melalui sosial media saya atau melalui percakapan dengan orang-orang terdekat saya.

Seandainya pemerintah dan masyarakat bekerjasama dengan lebih efektif maka Indonesia akan mendapatkan energi bersih yang memadai melalui potensi angin yang dimiliki sehingga penggunaan bahan bakar fosil dapat dikurangi secara drastis. Dengan demikian, kita bisa menghindari dampak negatif dari bahan bakar fosil terutama pada perubahan iklim yang membahayakan jutaan manusia.

KUNJUNGAN SD KRISTEN KALAM KUDUS KE STAMET MOPAH MERAUKE









Jumat (12/5), siswa-siswi SD Kristen Kalam Kudus berkesempatan mengunjungi Stasiun meteorologi Mopah Merauke. Kunjungan ini merupakan salah satu program SD Kristen Kalam Kudus yang bertujuan sebagai bentuk perwujudan pengembangan kurikulum bagi perkembangan anak dan sebagai respon dalam mendukung kualitas pendidikan nasional.
Kepala Stasiun meteorologi Mopah Merauke yang diwakili oleh ibu Yohana Fatruan sebagai Kapoksi menyambut kedatangan siswa-siswi SD Kristen Kalam Kudus di ruang pertemuan Stasiun meteorologi Mopah Merauke.


Sebanyak 20 siswa-siswi kelas 3 (tiga) SD Kristen Kalam Kudus didampingi oleh 2 orang guru sangat antusias dalam mengikuti sesi kunjungan kali ini. Siswa-siswi belajar memahami cuaca, jenis-jenis cuaca, jenis-jenis awan dan hal yang berkaitan dengan cuaca dan iklim. Mereka dikenalkan dengan alat-alat meteorologi yang terdapat di taman alat Stasiun meteorologi Mopah Merauke. Selain itu, siswa-siswi juga dikenalkan dengan apa saja yang dikerjakan di Stasiun meteorologi Mopah Merauke seperti pengamatan udara permukaan dan pengamatan udara atas.

Dalam kunjungan kali ini diharapkan dapat menambah wawasan siswa siswi SD Kristen Kalam Kudus dalam memahami informasi cuaca dan pentingnya informasi cuaca dalam kehidupan sehari-hari.





Antusiasme siswa siswi dalam sesi pengenalan tentang cuaca




Mengenal alat-alat meteorologi




Mengenal pengamatan udara atas





Sesi foto bersama





Simulasi pelepasan balon pibal



PRAKIRAAN CUACA TERKINI




Informasi prakiraan cuaca untuk wilayah Merauke
Hari Jumat, 4 Mei 2018 sebagai berikut :

Cuaca di Wilayah Merauke pada umumnya Cerah Berawan.

- Pagi hari : Cerah Berawan
- Siang hari  : Berawan
- Malam hari : Cerah Berawan
- Dini hari : Cerah Berawan

Suhu udara   : 24 - 32'C
Kelembaban udara : 60 - 90%
Arah angin   : Timur s.d Selatan
Kec. angin      : 10 - 30 km/jam

Tinggi gelombang di perairan:
- Amamapere,Agats   : 0,50 – 1,25 meter
- Yos Sudarso    : 0,50 – 1,25 meter
- Merauke    : 0,50 – 1,00 meter
- Laut Arafuru bag. Timur: 1,00 – 2,00 meter

Arah angin di atas perairan Merauke : Timur s.d Selatan
Kec. angin : 20 - 40 km/jam

Peringatan Dini : 
NIL  

Info Pasang Surut (sumber: DISHIDROS AL) : 
Pasang kedepan :
- 5,1 meter pada jam 16.00 WIT 
- 5,2 meter pada jam 04.00 WIT (Dini Hari)
Surut kedepan :
- 0,7 meter pada jam 10.00 WIT 
- 2,7 meter pada jam 23.00 WIT 

Prakiraan cuaca esok hari Sabtu, 5 Mei 2018:
Cuaca Merauke dan sekitarnya diprakirakan umumnya Cerah Berawan.

Forecaster on Duty

SEKOLAH LAPANG IKLIM TAHAP II PROPINSI PAPUA TAHUN 2016



Foto Bersama

Stasiun Meteorologi Mopah Merauke melaksanakan  Sekolah Lapang Iklim Tahap II 2016 bagi para petugas penyuluh lapang (PPL) dan instansi terkait. Bertempat di Hotel CoreInn Merauke, Jl. Kampung Timur Merauke, Sekolah Lapang Iklim Tahap II ini dihadiri oleh 25 peserta dari Dari Dinas Tanaman Pangan & Hortikultura Kab. Merauke, BP4K Kab. Merauke, Kebun Percobaan BPTP Merauke, Dinas Perkebunan & Kehutanan Kab. Merauke, KODIM 1707, Universitas Musamus, Politeknik Pertanian Yasanto, TP-OP Irigasi Rawa Merauke, dan Caritas KAME.

Kegiatan Sekolah Lapang Iklim ini mengambil tema “Sekolah Lapang iklim meningkatkan pemahaman informasi iklim/cuaca untuk mendukung ketahanan pangan nasional”. Sekolah Lapang Iklim Tahap II Propinsi Papua ini dibuka oleh Bpk. Marjuki, M.Si selaku Kepala Bidang Informasi Iklim Terapan BMKG. Kegiatan ini juga dihadiri oleh pendamping dari BMKG Pusat yaitu Ibu Mamenun, M.Si selaku staf Bidang Informasi Iklim Terapan BMKG dan perwakilan dari KODIM 1707 serta Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kab. Merauke.

Dalam kegiatan ini, peserta diberikan materi dan praktikum terkait pemahaman informasi cuaca/iklim dari narasumber yang berasal dari pegawai Stamet Mopah Merauke, BMKG Pusat dan BPTP Papua. Selain itu, peserta juga mengikuti Field Trip kunjungan ke Stasiun Meteorologi Mopah Merauke, Pos Klimatologi Tanah Miring dan Pantai Lampu Satu Merauke.
Kegiatan Sekolah Lapang Iklim ini ditutup pada Jumat, 25 November 2016 oleh Bpk. Sugeng Widarko, S.Si selaku Kepala Stasiun Meteorologi Mopah Merauke sekaligus pemberian sertifikat kepada para peserta.




Diskusi & Tanya Jawab Bersama Kepala Bidang Informasi Iklim Terapan BMKG



Dinamika Kelompok



Materi Pemahaman Unsur Cuaca & Iklim



Praktikum Pembentukan Awan & Hujan



Materi Pengenalan Alat Ukur Cuaca/Iklim



Materi Pemahaman Informasi Iklim/Musim



Materi Penyimpangan Iklim / Iklim Ekstrim



Praktikum Neraca Air Lahan



Kunjungan Ke Taman Alat Stasiun Meteorologi Mopah Merauke



Kunjungan Ke Pos Klimatologi Tanah Miring




Kunjungan Ke Pantai Lampu Satu Merauke

Senam Bersama Dalam Peringatan Hari Perhubungan Nasional Tahun 2016 di Kantor Bandar Udara Mopah Merauke


Dalam rangka memeriahkan hari perhubungan nasional tahun 2016 ini kantor unit penyelenggara bandar udara kelas I Mopah Merauke mengadakan kegiatan perlombaan, donor darah, jalan santai, senam bersama dan sebagainya. 




Kegiatan senam bersama dilaksanakan pada 23 September 2016 sekitar jam 07.30 WIT. Senam bersama ini diikuti oleh perwakilan stakeholder yang dilaksanakan di lapangan PK bandar Udara Mopah Merauke, salah satunya yakni stasiun meteorologi Mopah Merauke.



Pengamatan Udara Atas (Rason)